Thursday, January 20, 2011

Always You 8



Malam hari terasa begitu dingin, dan lebih dingin lagi ketika berada di sekeliling api unggun dengan cerita-cerita hantu yang menyebalkan. AKu menyesal sekali mengikuti kegiatan api unggun ini. Mulanya si asyik karena permainan-permainan seru, tapi di klimaksnya, kita harus duduk bejejer mengelilingi api unggun sambil mendengar cerita hantu super konyol karya Johan Watson (walau super konyol, cerita ini membuat bulu kudukku merinding).
Apalagi didukung dengan kenyataan aku duduk di sebelah Stanley yang sampai sekarang masih belum mau mengajakku ngomong. Jadi aku nggak bakalan bisa mencengkeram tangannya kalau aku ketakutan kan? Tapi tentu saja tak kan kubiarkan diriku mengompol dan membuat api unggun ini padam. Kucoba tidak mendengarkan Johan dan memikirkan hal-hal yang lain.
“Lalu, langkah-langkah itu makin terdengar jelas,” Kurasa Johan memang ahli di bidang ini. Ia membuatku akan mendengarnya. “Dan dilihatnya di samping secercah bayangan, tapi dia tetap berjalan, ya, walau dia ketakutan sebenarnya. Tiba-tiba, seseorang atau… sesuatu menepuk pundaknya, dan ia melihat…”
Tiba-tiba seseorang menepuk pundakku dan aku menjerit keras. Semua menatapku bingung. Stanley terkekeh-kekeh.
“STANLEY!” Jeritku marah. Keterlaluan banget sih! Dia kan tahu aku takut hantu, kenapa aku malah dikageti!
Dia masih terkekeh-kekeh. Johan sialan itu ikut tertawa. “Wow, ceritaku ternyata membuat kamu begitu takut ya? Aku jadi tersanjung,”
“Jangan tersanjung untuk hal yang bodoh! Ugh, sialan!”
Semuanya tertawa sekarang. Menyebalkan sekali sih.

***

“Hmn, Kath,” Kata Stanley ketika kami semua berombong-rombong kembali ke vila. “Aku minta maaf soal yang tadi pagi dan tadi siang,”
Aku yang sebelumnya memasang wajah terjutekku, perlahan tersenyum. “Ehm, aku juga minta maaf karena tidak menceritakan tentang Johan,”
“Ya..” Stanley tersenyum sambil menepuk puncak rambutku.
“Suit suit, udah baikan nih,” Carol berseru keras.
Kebahagian menelusuriku beberapa saat sebelum aku merasakan sesuatu. Sepasang mata yang menghujamku dari jauh. Yang memandangku penuh benci. Tapi aku tak tahu, siapa itu.

***