Sat, 25/06/11 11:00
Dear Diary,
Kemarin setelah menutup diary dan aku hendak saja tidur, Stanley menelponku. Dia sedang gelisah karena Felice tidak mengangkat telponnya setelah mereka bertengkar kemarin, dan aku harus mendengar curhatnya dan memberikan solusi hingga subuh.
Dan yang paling parah adalah saat aku bangun tadi pagi, Jason menelpon dan membicarakan soal kencan ke dua tapi aku malah berkata “Itu pacarmu, dan mau dia tidak mengangkat telponmu ataupun dia mau kecebur got sekalipun itu bukan urusanku, jangan tanya aku, aku capek.”
Dia menelponku lagi barusan dan tidak bisa berhenti tertawa. Memalukan sekali!
Casey menutup diarynya sambil mengacak rambutnya. Benar-benar memalukan. Ini semua gara-gara sahabatnya si Stanley yang lagi gelisah lantaran sedang bertengkar dengan pacarnya.
Casey terlalu malu untuk keluar dari rumah. Tapi dia juga tidak mau menghabiskan Sabtunya di vila yang sepi. Kedua orang tua serta kakak laki-lakinya sudah pergi semenjak pagi tadi. Akhirnya Casey memutuskan keluar rumah dengan memakai Hoddie dan memakai topinya untuk menutupi wajahnya dan berharap Jason tidak menemukannya.
Tapi.. Casey berhenti berjalan. Apa yang akan dilakukannya tanpa Jason? Dia jelas tidak akan menghabiskan waktunya bersama Stefan atau si Lauren - gadis super menyebalkan pacar Stefan - akan meliriknya dengan pandangan “Kau bukan apa-apa dan aku ratu surfer, jadi pergilah dari sini karena Stefan millikku.”
Casey berjalan ke arah pantai dalam diam. Dia berputar-putar pasar tepi pantai tanpa tertarik membeli barang apapun. Tanpa sengaja ia menabrak seseorang. Casey bergumam “maaf” sebelum ia menatap pada orang itu.
“Ah, kau gadis Jason ‘kan?” Kata suara si penabrak. Suara gadis yang nge bass.
Casey mengangkat wajahnya. Dia mengenali sang penabrak yang berambut pirang, berkulit cokelat, sepasang mat ahijau dan seringai yang mengejek. Nicole Vaidisova.
“Apakah kau pernah diajarkan cara berjalan yaitu melihat ke depan, bukan lihat ke bawah?” Tanya Nicole mengejek.
Casey bergumam tidak jelas tapi Nicole sudah berjalan melaluinya dengan tampang sok bersama seorang teman gadisnya.
Sama sekali tidak ada semangat bagi Casey untuk berjalan-jalan hari ini. Ia memutuskan untuk kembali k villa dan mungkin menghabiskan waktu membaca buku atau nonton TV.
“Ah Casey!” Panggil sebuah suara dan Casey menoleh. Begitu mengetahui siapa yang memanggil Casey segera memalingkan wajah.
“Ada apa?” Tanya Casey dingin.
Stefan yang berada di depannya terlihat bingung. Kenapa gadis ini begitu dingin padanya dua hari ini? Padahal dia tampak menikmati hari mereka dua hari yang lalu.
“Casey.. kau marah padaku ya?” Tanya Stefan.
“Kenapa aku harus marah?” Casey balas bertanya.
“Ya entahlah, kelihatannya seperti itu.” Ujar Stefan, “Apa kau marah karena Lauren?”
Casey ingin menjawab ya, tapi ia hanya menjawab, “Tidak, dan aku tidak marah kok.”
“Oh,” Stefan menanggapi, “Jadi, kau mau diving bersamaku?”
Sekali lagi Casey ingin menjawab ya, bahkan ia sangat ingin, tapi sekali lagi ia berkata, “Tidak, aku mau kemba…”
“CASEY!” Jason yang baru saja melihat sosok Casey segera saja berteriak memanggilnya, “Hey putri ngelindur.. ah hey Grace.”
“Hey.” Stefan menanggapi singkat.
Sedangkan Casey meninju pelan lengan Jason, “Aku bukan putri nglindur! Itu semua karena temanku.”
Jason tertawa terbahak-bahak, “Ya, tapi lucu sekali, aku sampai syok. Kau mau menemani aku surfing?”
Casey ingin menjawab ya juga, tapi Stefan masih berada di dekatnya, akhirnya ia mengulangi kalimat terakhir, “Maaf Jason, aku mau kembali ke vila.”
“Ah, begitu,” Jason tampak kecewa.
“Tapi, mungkin nanti aku akan melihatmu pukul empat sore.” Kata Casey dan ia melihat wajah Stefan yang kusut.
Senyum Jason langsung memerkah dan ia megedip, “Oke, aku menunggumu.”
Jason pergi sambil melambai.
“Jadi, bolehkah aku menemanimu di vila?” Tanya Stefan begitu Jason sudah jauh.
Pertanyaan Stefan membuat Casey kaget. “Kau akan ditenggelamkan ke laut oleh Lauren,”
Stefan tertawa, “Ah, sudah kuduga, kau marah karena Lauren.”
***
“APA?” Casey hampir saja menyemburkan teh yang diminumnya setelah mendengar cerita dari Stefan. “Kau serius?”
Stefan mengangguk sambil meminum teh yang disuguhkan Casey. “Jason adalah pacar Lauren dulu. Mereka pasangan surfing yang terkenal di sini, sampai bulan lalu mereka tidak pernah menyapa dan…”
“Kau menyukai Lauren?”
Stefan mengernyit pada Casey. “Tentu saja, apa mugkin kau mau berkencan dengan orang yang tidak kau suka?”
“Tapi Jason tidak pernah kelihatan pernah berhubungan dengan Lauren. Maksudku, seperti kemarin mereka sama sekali tidak saling menegur.”
Stefan meminum tehnya sambil mengangkat bahu.
“Lalu mengapa kau tidak bersama Lauren hari ini?” Tanya Casey sambil mengaduk-aduk tehnya asal-asalan.
“Dia bekerja, dia pelatih surfing junior dan memiliki kios papan surfing.” Jawab Stefan.
Casey kagum. Tidak pernah ia mengira gadis menyebalkan itu ternyata sangatlah rajin. Tapi tetap saja ia menyebalkan, pikir Casey.
"Ehm, Casey, maafkan dia soal kemarin. Dia memang selalu begitu, tapi jika kau benar-benar mengenalnya, sebenarnya dia baik kok."
"Eh ya, tentu saja tak masalah." Kata Casey.
Casey dan Stefan menghabiskan waktu di vila sambil mengobrol, menonton TV dan bahkan bermain ps milik Tom tanpa meminta izin. Hingga akhirnya hari sudah sore dan Stefan pamit untuk bekerja.
Casey sendiri menepati janjinya untuk datang menuju pantai Utara. Ia mendapati Jason dan teman-temannya berada di pantai. Tapi sepertinya bukan hanya mereka. Casey menyipitkan mata dan menyadari David Baker, Nicole Vaidisova, dan beberapa teman-temannya berada di sana. Sepertinya terjadi kegaduhan di antara mereka.
Casey mulai mendengarkan pembicaraan mereka setelah berada cukup dekat dengan mereka.
“Tentu saja kau tak akan memenangkan pertandingan kali ini. Kau sama saja dengan ayahmu. PENGECUT.” Kata David mencemooh.
Jason segera saja menarik kerah baju David, “Jangan pernah hina ayahku!”
Casey berjalan mengendap-endap untuk mendengarkan tanpa membuat kehadirannya diperhatikan mereka.
“Oh ya ya, aku tak akan menghina daddymu yang tercinta.” David tertawa, “Atau anaknya yang pengecut ini akan menangis pada daddynya, oh.. atau mungkin daddymu yang tersayang yang akan menangis?”
Jason meninju David.
David sedikit terjatuh ke belakang, tapi ia segera menyeimbangkan dirinya dengan mudah dan nyengir. “Kau tahu Jason, kekuatanmu masih seperti anak kecil.”
David menyuruh yang lainnya untuk pergi dan ia berkata pada Jason sebelum beranjak pergi, “Sampai bertemu di pertandingan, dan kalian semua akan tahu pemenang sesungguhnya.”
Begitu gerombolan David pergi menjauh, Casey segera melangkah menuju gerombolan Jason. Tapi Jason tampak diam dan berjalan menjauh dari teman-temannya.
Casey menghampiri Selena dan bertanya apa yang sedang terjadi tadi.
“David mengejek ayah Jason,” Kata Selena yang disambut pandangan bertanya dari Casey, “Ayah Jason adalah surfer, tapi ia dikalahkan ayah David saat pertandingan. Sejak itu ayah Jason tidak pernah mau bertanding lagi.”
Casey mengertakkan gigi. Ia paling benci seseorang yang membanggakan diri karena orang tuanya dan merendahkan orang lain karena orang tua mereka.
Casey berjalan mendekati Jason. Dia sama sekali tidak berusaha mengatakan apa-apa untuk menghibur Jason. Ia berjalan pelan di dekat laki-laki itu dan bahkan mungkin Jason juga tidak menyadari keberadaan Casey.
Mereka berjalan menyusuri tepi pantai dalam diam selama beberapa lama. Hingga matahari mulai sedikit turun.
“Terima kasih, Casey.” Kata Jason yang membuat Casey kaget.
“Untuk?” Tanya Casey bingung.
“Menemaniku berjalan seperti robot,” Jason terkekeh.
Casey tersenyum, lalu wajahnya kembali serius, “Jason, aku sudah mendengar dari Selena.”
Jason tersenyum pahit, “Tentu saja, ayahku memang..”
“Berhenti. Cukup. Jason, dengar, anggap saja aku tidak mendengarkan siapapun,” Kata Casey, “Ayahmu berharap memenangkan pertandingan, ‘kan? Dia memang tidak bisa, tapi bagaimana jika kau melakukannya? Cukup lakukan saja, cukup tunjukkan bahwa Jason Grint adalah pemenang.”
Jason terkekeh, “Kau penghibur yang payah putri ngelindur!”
Casey cemberut, “Jangan panggil aku seperti itu. Baik, begini saja, bagaimana kalau aku berjanji akan menraktirmu salmon sepuasnya jika kau memenangkan pertandingan?”
Jason tertawa, “Boleh juga. Janji?”
Casey mengangguk.
***
“Jason,” Selena mendekati laki-laki bertubuh tinngi tegap yang sedang menyiapkan meja untuk pesta barbeque di rumahnya itu. “Apakah kau serius mengenai rencanamu? Kau tahu Casey.. Dia gadis yang baik.”
Jason berhenti melakukan pekerjaannya, “Entahlah, lena, aku juga ragu.” Ia melanjutkan menyebarkan taplak meja di atas meja kayu itu, “Dia memang penghibur yang payah, tapi ya.. dia baik, manis, senyumannya.. kau tak akan bisa berhenti tersenyum ketika melihat senyumannya.”
Selena tersenyum, “Apakah kau mulai menyukainya? Apakah kau akan membatalkan rencanamu?”
Jason berpikir sejenak lalu mengangkat bahu, “Aku tidak tahu, tapi aku tidak akan berhenti di tengah jalan,”
“Tapi Jason,”
“Sudahlah, Lena. Bagaimana kalau kau bantu aku menyiapkan panggangan saja?" Ujar Jason.
***
Sat, 25/06/11 10:00
Dear Diary,
Hari ini aku mengetahui banyak hal tentang Jason, sepertinya aku mulai mengenali dirinya.
***



