“CASEY!!!”
Casey hampir saja melompat dari kasur sanking kagetnya dia karena teriakan yang menganggu mimpinya. Sambil berusaha bangun ia mengusap-usap mata dan mendapati ibunya berdiri di sebelahnya.
“Ada apa sih mom bangunin aku pagi-pagi?” Tanya Casey sebal.
“Ada seseorang menunggu di luar vila.” Kata ibunya.
Casey segera melompat dari tempat tidur dan menatap jam dindingnya. Jam dinding itu menunjukkan pukul sembilan Oh tidak! Dia ‘kan ada janji dengan Jason hari ini. Secepat mungkin ia mandi dan tanpa menyentuh sarapannya ia pamit.
Jason menunggu di luar, duduk di salah satu bangku halaman rumahnya dengan mengenakan kaos berlengan pendek dan celana pendek. Khas pemuda di sini. Tapi yang paling menarik perhatian Casey adalah ia bisa menatap Jason dengan sangat jelas hari ini. Wajahnya benar-benar unik dan menarik. Rambutnya pirang, tapi beda dengan rambut pirang Stefan. Rambut Jason sangatlah pirang dan pendek. Kulitnya coklat kemerahan, sama seperti kebanyakan pemuda di sini.
“Maaf lama. Biasa perempuan.” Kata Casey mencari alasan.
Jason mengajak Casey ke sebuah kafe yang paling terkenal di Poeshell. Kafe itu dibuat seperti pondok, berada tidak jauh dari pantai dan bagian belakangnya menghadap ke pantai.
Begitu memasuki kafe, Jason sudah menemukan beberapa temannya, menyapa mereka atau sekedar tos.
“Semua orang di sini saling kenal,” Kata Jason, “Aku hampir mengenal seluruh penduduk Poeshell.”
“Aku hanya mengenal dua tetanggaku yang tinggal di apartmentku.” Kata Casey. “Omong-omong, apa yang kau lakukan di sini? Maksudku kegiatanmu.. seperti diving atau yang lain.."
Jason tersenyum misterius, “Kau akan tahu nanti,”
***
Setelah menikmati makanan mereka yang benar-benar lezat, Jason mengajak Casey menuju pantai.
“Kulitku benar-benar akan terbakar habis begitu seminggu di sini!” Omel Casey.
“Oh, ayolah, kulit terbakar tidak begitu buruk!” Kata Jason menarik tangan Casey.
Mereka menghampiri salah satu kios papan surfing di pasar tepi pantai. Mario sedang menjaga kios itu.
“Hey, lama sekali kau?” Seru Mario.
Selagi Jason dan Mario bercakap-cakap, Casey melihat-lihat papan surfing yang dipajang di sana. Bentuk serta gambarnya bermacam-macam.
Mario mengambil salah satu papan surfing di dalam sebuah lemari dan memberikannya pada Jason.
“Kau surfer?” Tanya Casey kaget.
Jason tersenyum, tapi Mariolah yang menjawab, “Bukan hanya surfer, tapi dia juara surfing.”
“Wow,”
“Hanya memenangkan satu kali pertandingan sudah dianggap juara surfing?” Seseorang menyela.
Mereka bertiga menoleh pada si sumber suara dan mendapati seorang laki-laki bertubuh tegap dengan wajah mencemooh dan seorang gadis di sebelahnya yang mimik wajahnya tidak beda jauh dari si laki-laki.
“Paling tidak dia memenangkan pertandingan tahun lalu darimu!” Ejek Mario.
“Itu hanya sebuah keberuntungan, dan keberuntungan tidak datang dua kali, aku akan mengalahkan dia di pertandingan nanti.” Kata laki-laki itu dengan nada penuh kebencian.
Mereka pergi menjauh dengan wajah menyebalkan yang ingin sekali Casey jotos.
“Siapa sih dia?” Tanya Casey ketus.
“David Baker, juara surfing sebelum Jason, ayahnya, Mark Baker adalah surfer legendaris.” Mario menjelaskan dengan nada benci. “Tapi Jason akan memenangkan pertandingan tahun ini, aku yakin,”
Jason mengajak Casey menuju pantai Utara tempat ombak besar bergelung. Di sana Selena dan beberapa temannya sudah menunggu sambil melambai pada mereka.
“Aku akan surfing, dan selagi aku surfing, Selena akan menemanimu.” Kata Jason.
Casey mengangguk.
Selena tampak seperti semalam. Wajahnya yang manis selalu dipenuhi senyuman.
Gadis berambut hitam sebahu itu mengajak Casey duduk di salah satu tikar yang sudah ia siapkan. “Kau harus melihatnya, Jason sangat keren kalau lagi surfing,”
Selena tidak bohong. Jason benar-benar sangat keren. Casey dibuatnya melongo selama beberapa saat ketika Jason berlatih. Ketika mereka asyik menonton Jason surfing, Casey mendapati David Baker si surfer sombong itu berada di dekat mereka bersama gadisnya.
Mereka duduk di tikar mereka sendiri. Saling menempel satu sama lain. David membelai rambut si gadis, lalu mereka berciuman.
Casey memang sudah tinggal di London selama tiga tahun, tapi darah asia masih mengalir dalam dirinya. Dan ia masih menganggap bermesraaan di tempat umum terlalu janggal.
Beberapa saat kemudian dua orang itu berdiri sambil memegangi papan surfing masing-masing dan berjalan ke tepi laut.
Selena menangkap apa yang Casey lihat dan ia bergumam, “Baker dan Vaidisova, kau tak akan mau melewati harimu bersama mereka.”
Casey mengangguk, “Tadi aku dan Jason bertemu mereka. Dia berkata tentang pertandingan surfing.”
“Ya, pertandingan surfing musim panas yang diadakan setiap tanggal tujuh Juli, hari terbentuknya Poeshell. David selalu memenangkan lomba tingkat remaja sebelumnya dan Jason mengalahkannya tahun lalu.” Selena menjelaskan.
“Wajahnya tampak seperti kepiting saat Jason menerima penghargaan,” Timpal salah satu teman Selena yang bernama Andrea, “Dan pacarnya, Nicole Vaidisova, cewek perancis, miss surfing yang sok banget, dia harus kehilangan muka selama beberapa saat karena ia juga dikalahkan oleh Lauren.”
“Lauren? Apakah dia pacar Stefan Grace?” Tanya Casey.
“Ya,” Kata Andrea dan tidak bisa menahan rasa benci di setiap nadanya. “Mereka sama saja, Vaidisova dan Morgan itu. Sebenarnya mereka lebih cocok mendapatkan julukan Miss Otoriter dibanding Miss Surfing.”
Casey memandangi gadis perancis yang sedang melakukan pemanasan itu. Rambut pirangnya yang kontras dengan kulit coklatnya itu berkibar seiring dihembus angin.
***
“Bagaimana? Aku keren ‘kan?” Tanya Jason.
“Well, tidak juga, kau kelihatan kecil saat surfing jadi aku nggak kelihatan.” Goda Casey.
Jason tampak kecewa, lalu Casey mendorong lengannya. “Oh, ayolah, aku hanya bercanda. Kau keren sekali.”
Jason tertawa lalu menarik tangan Casey, “Ayo kita jalan-jalan.”
Mereka berjalan memutar-mutar bagian pasar tepi pantai yang sepi dan lebih pojok. Casey belum pernah ke sini sebelumnya. Tempat itu tampak menyendiri tapi menjual barang-barang yang lebih keren.
“Ah! Lihat,” Casey berlari ke salah satu kios yang menjual aksesoris, Ia meraih sebuah kalung dengan liontin kerang berwarna blewah yang cantik. “Pasti cocok buat Natalie.”
“Natalie?” Tanya Jason.
“Yep, dia sahabatku.”
Casey membeli kalung itu setelah beberapa lama menawar.
“Kau pandai menawar ya.” Kata Jason.
“Tentu saja, orang Asia adalah ahli menawar.” Saut Casey bangga.
Jason tertawa.
“Casey?” Seseorang memanggil namanya tiba-tiba.
Casey mencari-cari si sumber suara dan mendapati Stefan berdiri tidak jauh darinya bersama Lauren yang rambut pirangnya kini diikat tinggi-tinggi.
“Oh, hay Stef.” Sapa Casey.
Stefan memperhatikan Jason dengan pandangan bingung sedangkan Lauren jauh lebih senang bergelayut di lengan Stefan sambil memandang Casey dengan tatapan “Lihat, dia milikku, jadi jangan berani-berani mendekati dia.”
“Kenapa kau bisa bersama Grint?” Tanya Stefan mengernyit.
Sebenarnya Casey senang bertemu dengan Stefan, tapi tidak jika ia datang dengan Lauren. Perasaan sebal melanda hati Casey. “Bukan urusanmu, ‘kan?”
“Oh ya tentu saja bukan urusan Stefan,” Timpal Lauren, “Pacarnya, miss surfering, di sini dan untuk apa ia mengurusi gadis biasa sepertimu?”
Selama beberapa detik Casey dan Lauren saling menyipit dengan pandangan benci hingga akhirnya Stefan memecah pertarungan mata mereka.
“Oh sudahlah, Lauren, ayo kita pergi dari sini.” Kata Stefan. “Bye, Casey.”
Casey memalingkan wajah tidak membalas.
***
Dear Diary, Fri 24/06/11
Jason dan aku memiliki banyak kesamaan. Dia suka warna biru dan ikan salmon. Aku senang menghabiskan waktu seharian bersamanya.
Tapi jika ditanya lebih menyenangkan mana dengan saat bersama Stefan, jujur aku tak tahu.
Tapi banyak hal yang juga menyebalkan di sini. Maksudku selain kulitku sekarang berubah menjadi merah. Lauren, pacar Stefan, ia bertingkah menyebalkan sekali saat kita bertemu di pasar maupun saat pesta barbeque di rumah Mrs. Loudie, tetangga kami, tadi. Dan TOM merasa bahwa Lauren itu cukup menarik. Apakah Tom sudah tak waras? Ya, bukannya dia tidak menarik juga sih, dia cantik, tapi menyebalkan sekali.



