Saturday, September 1, 2012

She's an Angle


Genre: Life, Tragedy, A little bit Horror
Length: One Shoot
Cast: Choi Minho, Kim Joori (OC)
Supporting Cast: Lee Taemin, Onew, Jonghyun, Key, Choijin
Based on the facts: Minho ever sang the wrong lyrics and then he became dissapointed and almost cried


Maybe you never realize her existence
Maybe you never recognize her
But she always seeing you from the distance
She loves you forever

"Minho aa.." Panggil sebuah suara.
Pintu ruang rias menjeblak terbuka dan Minho menerobos masuk. Namja itu segera duduk di salah satu kursi yang berjejer dan menelungkupkan wajahnya di meja rias. Semua insan yang berada di dalam ruang ganti kaget dan terdiam. Key dan Jonghyun muncul di depan pintu beberapa saat kemudian dan mereka tampak bingung sekaligus khawatir.
"Apa yang terjadi?" Tanya salah seorang kru dengan suara berbisik.
"Tadi dia salah lirik." Jawab kru yang lain.
Para kru, staff, dan penata rias saling berbisik. Mereka memandang tubuh belakang Minho dengan khawatir, namun tak satupun yang berani mengatakan sesuatu pada namja itu.
Beberapa saat kemudian, Choijin, manager Shinee, masuk menerobos gerombolan kru yang saling berbisik dan mendekati Minho.
"Minho.. Kami tidak menyalahkanmu soal salah lirik itu." Hiburan Choijin tidak digubris Minho. Namja itu masih menelungkupkan wajahnya dan tangannya gemetar.
Onew, leader dari Shinee, maju dan menyenggol Choijin. Onew menggeleng, menandakan bahwa lebih baik Choijin meninggalkan Minho. Sudah merupakan rahasia umum bahwa Minho yang memiliki sifat tidak ingin kalah. Ia selalu ingin melakukan dan memberikan yang terbaik. Bagi Minho, salah lirik sudah seperti terpeleset dari atas panggung.
Choijin mundur dengan enggan menuruti Onew. Semua kru juga melangkah menjauh.
"Minho hyeong?" Suara Taemin muncul dari arah pintu. Semua orang di dalam ruangan - kecuali Minho - menoleh ke arah sosok namja itu. Taemin berjalan masuk dan mendekati Minho. Ia menarik salah satu kursi ke dekat Minho, lalu menoleh ke arah Choijin. "Biarlah aku yang menghiburnya, bisakah kalian semua pergi dari sini?"
Choijin mengangguk dan semua orang dalam ruangan berbondong-bondong keluar. Choijin, para anggota Shinee dan tim kru menunggu di luar ruangan dengan khawatir. Mereka saling berbisik dan mengomentari, namun dengan suara amat pelan. Sekitar lima belas menit kemudian, pintu ruang rias terbuka dan Taemin keluar dengan senyum tipis.
"Hyeong sudah agak tenang," kata Taemin. "Tapi lebih baik kita mengantar dia pulang ke dorm, biarlah kita pergi ke pesta sendiri. Ia ingin merenung dan menyendiri."
Anggukan setuju Onew diikuti kedua member yang lain.
***
Malam sangatlah sepi. Hanya gemericik hujanlah yang menemani Minho sendirian. Namja itu menyandar pada punggung tempat tidur sembari menatap dinding kamar dengan pandangan kosong. Ia tidak dapat tidur karena pikirannya disibukkan oleh perasaan amarah dan kecewanya. Ia menggertakkan gigi beberapa kali dan menutup matanya dengan frustasi ketika teringat kejadian di atas panggung. Bagaimana ia bisa lupa dengan lirik lagunya sih? Ia membenci dirinya yang tidak dapat melakukan sesuatu dengan baik.
Suara petir menyambar membuat bulu kuduk Minho berdiri. Ia menatap tempat tidur Taemin yang kosong. Ya, hanya tinggal ia sendirian di dorm. Semua anggota Shinee termasuk manager mereka sedang merayakan pesta kecil-kecilan di restaurant. Minho sendirilah yang memutuskan untuk tinggal sendirian di dormnya untuk menenangkan diri.
Petir menyambar lagi dan kini membuat lampu kuning di kamar Minho berkedip menyala-mati. Minho menggigit bibirnya dengan marah, lalu beranjak dari tempat tidurnya keluar dari kamar. Ia berjalan menuju dapur. Namja itum  \engambil bubuk kopi dan mulai membuat seteko kopi panas. Ketika tengah meneguk kopi buatannya, Minho mendengar suara angin yang berhembus kencang mendorong jendela. Minho menutup botol itu dan ketika menoleh, ia mendapati jendela beranda telah terbuka. Gorden hijaunya berkibar diterpa angin malam. Minho bergegas menutup jendela itu dan menguncinya. Ia menghela napas panjang sembari menatap pemandangan malam di luar. Hujan deras menyelimuti gelapnya malam. Minho mendesah sekali lagi sebelum berbalik. Ketika Minho telah berjalan beberapa langkah, jendela itu kembali menjeblak terbuka. Minho memutar tubuhnya dengan enggan, namun kini ia tidak hanya mendapati jendela yang terbuka maupun gorden yang melambai-lambai.
Minho mengedip beberapa kali sebelum memutuskan apakah ia hanya berhalusinasi atau bukan. Tapi Minho benar-benar melihatnya, ia melihat sosok itu. Kulit seputih kapur, mata sehitam langit malam dan bibir yang pucat. Rambut hitam panjangnya melambai-lambai diterpa angin malam dan wajahnya yang datar terpantul cahaya redup lampu beranda. Perlahan Minho mendekati jendela dan ia bertanya pelan, "siapa?"
Tidak ada jawaban.
Minho berjalan semakin dekat dan kini ia dapat melihat sosok itu dengan jelas. Sosok itu adalah seorang yeoja dengan rambut basah kuyup dan sorot matanya sendu. Lingkaran hitam menghias bawah matanya dan ketika menatap Minho, sosok itu memamerkan senyum sedihnya.
"Kau siapa?" Tanya Minho sekali lagi.
"Ehm?" Suara yeoja itu terdengar pelan dan mencicit. "Aku Shawol."
"Kau stalker?" Tanya Minho bingung.
Akhirnya sosok itu bergerak. Ia cemberut. "Ne! Aku stalker! Tapi aku basah kuyup demi mengstalker kau. Bolehkah aku masuk?"
Minho mengamati jemari-jemari panjang yeoha itu yang menggengam erat lengannya. Yeoja itu gemetaran. Ia hanya mengenakan terusan putih panjang yang sangat mini, tentu saja ia kedinginan.
"Ya.. Biasanya Choijin akan mengusir orang sepertimu," kata Minho datar. "Tapi kau seperti akan membeku. Masuklah."
Gadis itu tersenyum, lalu melompat masuk ke dalam. Ia mengamati ruangan di dalamnya dengan takjub. "Ini dorm Shinee? Wow!"
Minho mendengus. "Tunggu sebentar." Namja itu bergegas pergi ke kamarnya untuk mengambil handuk dan kembali ke dapur memberikannya pada yeoja yang basah kuyup itu.
"Aku tidak punya baju untuk yeoja, pakailah handuk itu dulu!" Ujar Minho.
Yeoja itu mengangguk. Ia menerima handuk itu dengan hati-hati, lalu mengusap rambut nya yang basah. "Gamsa e.. Minho oppa."
"Ehm." Minho mengambil cangkir lain dan menuangkan kopi yang tadi di buatnyadi teko. Ia menyerahkan cangkir kopi itu ke yeoja tadi. "Minumlah, dan kalau hujannya sudah reda kau harus segera pergi."
Yeoja itu mengangguk.
Minho dan yeoja itu duduk di ruang makan dalam keheningan. Mereka berdua menyesap kopi masing-masing. Minho melirik yeoja itu diam-diam dan menyadari bahwa binar wajah yeoja itu telah jauh lebih baik setelah mengeringkan tubuh dan meminum kopi.
"Minho oppa benar-benar tampan, ya?" Yeoja itu tersenyum sumringah sambil menatap Minho terpesona. "Seandainya aku bisa melihat anggota Shinee yang lain."
Keheningan menyelimuti mereka lagi.
"Bagaimana kau bisa naik ke beranda kamar ini sih?" Tanya Minho yang penasaran.
"Tangga darurat." Yeoja itu menunjuk ke arah jendela. "Masa tidak tahu?
"Oh." Minho berjanji dalam hati bahwa ketika Choijin pulang nanti, ia akan menyuruh managernya itu untuk menutup jalan tangga darurat ke arah dorm Shinee.
"Omong-omong kenapa Minho oppa berada di dorm sendirian?" Tanya yeoja itu.
Minho menyesap kopinya. Ia bingung apa yang harus ia katakan. Apakah ia harus menceritakan kejadian sebenarnya? Jujur saja ia tidak ingin mengingatnya.
"Kau tidak melihat konser kami hari ini?" Tanya Minho.
"Ani." Jawab yeoja itu.
"Ya.. Aku melakukan sebuah kesalahan - salah lirik - dan.. Err.. Aku hanya ingin menenangkan diri di dorm." Minho menjelaskan dengan singkat.
"Oh." Gumam yeoja itu. Minho menunggu. Pasti sebentar lagi yeoja itu akan melontarkan bermacam-macam hiburan dan nasihat. "Ya, sudahlah, itu 'kan sudah berlalu? Kau hanya melakukan kegagalan dari seribu kesuksesan. Masih ada hari esok untuk memperbaikinya. Jangan berwajah seperti itu!"
Minho tercengang. Apa yang diucapkan yeoja itu benar-benar di luar dugaannya. Ia mengatakan seakan kesalahan Minho hanyalah membuang sampah sembarangan.
"Kalau berwajah seperti itu, kau kelihatan seperti kucingku." Gumam yeoja itu sembari mengangkat cangkir kopinya. Ia menyesap kopi itu dan menjilat bibirnya yang pucat.
"Kucing?" Minho mengerjapkan mata beberapa kali.
"Ya, kucing - meong. Warnanya putih dan ia suka bengong - seperti wajahmu sekarang ini." Yeoja itu tersenyum. "Kau suka kucing?"
"Entahlah." Minho berpikir sejenak. "Aku tidak pernah bermain dengan kucing, aku sering bermain dengan anjing - anjingnya Taemin."
"Banyak yang bilang kucing itu hewan yang tidak setia," kata gadis itu dengan suara bengong. "Tapi aku punya kucing yang setia, bahkan ia selalu menemaniku saat aku kesepian."
Mereka terdiam lagi. Minho menyesap kopinya lagi sembari menatap yeoja itu. Kini pandangan yeoja itu menerawang dan seperti sedang berpikir. Minho harus mengakui, walaupun menyebalkan, yeoja itu sungguh aneh dan unik.
"Percaya tidak?" Tanya gadis itu tiba-tiba. "Aku mengoleksi fotomu di setiap jengkal kamarku. Tapi kucingku menggigit salah satu postermu."
"Ehm," gumam Minho. "Kau fans yang frontal ya?"
"Frontal itu masih sebutan yang ringan," ujar gadis itu. "Aku bahkan berhasil masuk ke dormmu."
Minho tersenyum geli, "benar, kau fans yang gila."
Tidak terasa berapa lama, Minho dan yeoja itu mengobrol dan bercanda. Yeoja itu terlalu unik dan tidak dapat diprediksi. Ia membuat Minho melupakan semua kegalauannya sejenak dan mau tidak mau Minho dibuatnya geli berapa kali.
'Ting Tong'
"Celaka, mereka sudah kembali!" Minho tersentak kaget. Ia benar-benar tidak sadar sudah berapa lama waktu yang ia lewatkan bersama yeoja itu. Minho menoleh pada jendela di beranda dan menyadari bahwa hujan telah berhenti.
"Aku akan pulang." Yeoja itu mengangguk. Ia bangkit berdiri dan berjalan ke arah jendela, bersiap-siap melompat keluar.
"Tunggu!" Seru Minho tanpa direncanakan.
"Ehm?" Yeoja itu menoleh. Ia telah membuka pintu jendela dan angin di luar berhembus masuk mengibarkan rambut hitam panjangnya.
"Ehm, namamu siapa?" Tanya Minho ragu-ragu.
Yeoja itu tersenyum. Ia menatap Minho dengan pandangan tulus. "Namaku Kim Joori, aku penyemangatmu."
Minho tersenyum kecil. "Oke, terserah kau sajalah."
"Sampai jumpa, Minho oppa!" Yeoja bernama Joori itu tersenyum. "Kau harus semangat ya, oppa!"
Detik berikutnya, gadis itu melompat ke beranda dan menghilang.
***
Cahaya matahari menelusup masuk melalui jendela kecil kamar Minho. Namja itu berguling-guling beberapa kali sebelum benar-benar membuka matanya. Ketika berguling ke arah tempat tidur Taemin, Minho menyadari bahwa nam-dongsaengnya sudah tidak ada di tempat tidur. Minho mengangkat tubuhnya terbangun dengan terpaksa dan melakukan beberapa pemanasan sebelum beranjak dari tempat tidurnya. Ia keluar dari kamarnya dan seperti biasa, semua anggota Shinee telah terlebih dahulu bangun. Mereka berempat sedang duduk di depan meja makan. Key dan Taemin sedang menyantap makanan mereka, Onew sedang menulis-nulis, sedangkan Jonghyun sedang asyik membaca sebuah majalah. Ketika menyadari kehadiran Minho, mereka semua menyapa Minho dengan takut-takut. Hanya Taeminlah yang menyapa Minho dengan senyum sumringah.
"Hyeong! Annyeong!" Sapa Taemin.
Minho tersenyum. Ia berjalan ke arah Taemin dan mengusap puncak kepalanya, lalu duduk di sebelahnya. Semua anggota mengamati Minho dengan pandangan bingung bercampur ngeri. Setelah duduk, namja itu menjulurkan lengannya mengambil roti dan mengabaikan pandangan bingung dari para anggota.
"Min..ho?" Onew memanggil dengan hati-hati. "Kau sudah tidak apa-apa?"
"Tentu saja, hyeong.." Minho menjawab sembari mengunyah rotinya. "Kalian jangan melihatku seperti itu, aku sudah baik-baik saja."
Semuanya mengangguk dan kembali melakukan aktivitas masing-masing. Di tengah memakan sarapannya, Minho mendengar hembusan angin pagi ringan. Suara angin itu membuat Minho teringat kejadian semalam. "Omong-omong... Ehm, Onew hyeong tahu tangga darurat di beranda?"
"Tangga darurat?" Onew mengernyit. "Ya, tahu, tapi tangga itu sudah dibuntu ke arah dorm kita, kenapa?"
"Oh, sungguh?" Minho mengernyit bingung..
"Ada apa?" Tanya Onew.
"Ani.. Tidak ada." Minho mengunyah rotinya.
"Eh Hyeong," celetuk Taemin. "Kau sudah membaca majalah harian Kpop? Ada sebuah pesan mengharukan dari Shawols untuk kita. Jonghyun hyeong tunjukkan pada Minho hyeong!"
"Eh?" Jonghyun yang tengah membaca majalahnya mengangkat kepala dengan bingung. Ia mengerjap beberapa kali.
"Pesan tadi," ujar Taemin.
"Oh." Jonghyun membalik-balikkan beberapa lembar halaman majalahnya lalu mengulurkan majalah itu pada Minho. Minho menerima majalah itu dan ketika melihat artikel yang ditunjukkan, ia tercengang.
"Ini...?" Mata Minho membelalak kaget.
"Ya, itu pesan para penggemar," kata Jonghyun. "Ada seorang Shawol, penggemar beratmu.. Ia menderita kanker kronis, tapi ia menghabiskan hidupnya untuk menyemangati kita, mengharukan ya?"
"Tapi.. Ini.." Minho meremas ujung majalah itu. Ia menggertakkan giginya.
"Waeyo, hyeong?" Taemin mengernyit.
"Ehm, kalian tahu di mana yeoja ini dirawat?" Tanya Minho.
Onew dan Key mengangkat kepala. Mereka berempat saling pandang satu sama lain.
"Dia sudah meninggal. Kami tadi sebenarnya berencana untuk mengadakan jengukan.." Onewlah yang menjelaskan.
Minho terperangah. Ia menjatuhkan majalah itu ke piring sarapannya. Minho menggeleng. Tidak mungkin.
"Ada apa, Minho?" Tanya Jonghyun.
Minho melirik surat itu dan sekali lagi ia menggeleng. Tidak mungkin, ini mustahil! Tapi ketika dilihat kembali, ia tahu apa yang dilihatnya tidak salah. Di sebelah artikel itu, ada sebuah foto seorang yeoja. Wajah pucat dan rambut hitam panjang yang selalu Minho ingat.

"Untuk Shinee tersayang, terutama biasku Minho
Sudah berkali-kali aku menulis surat untuk majalah ini dan berkali-kali suratku tak terpilih. Tapi aku tidak pernah menyerah. Hehe. Aku adalah salah satu penggemar kalian yang tinggal di kamar kecil di rumah sakit. Ya, aku menderita kanker kronis dan ketika aku telah putus asa dengan hidupku, kehadiran kalian memotivasiku untuk tetap hidup. Melihat kalian di televisi dan mendengar suara kalian sudah menjadi kebahagian tersendiri bagiku. Aku tidak pernah melewatkan satu saja berita, acara maupun konser kalian.
Mungkin, jika redaksi penerbit majalah berbaik hati memilih suratku, pada saat surat ini dibaca, aku sudah tidak ada di dunia. Meskipun begitu, selamanya aku adalah Shawol dan cintaku pada Shinee tidak akan  mati,
Dan untuk bias utamaku, Minho oppa, aku selalu mengagumimu. Aku mengagumi kegigihan yang kau milikku. Aku sangat mencintaimu, bahkan aku menamai kucingku 'Minho' karena ia sangat cantik Haha. Aku berharap kau akan mengenang cinta dari penggemarmu ini, selamanya. Mungkin aku berada di tempat yang sangat jauh, tapi cintaku akan selalu menyemangati oppa! Oppa fighting!

Kim Joori"

'Namaku Kim Joori, aku penyemangatmu.' Kalimat itu tergiang di benak Minho.
Yeoja itu.. Yeoja itu telah meninggal? Jadi yang kemarin menemui dia itu ..? Minho tahu jelas apa jawabannya, tapi bukan ketakutan yang ia rasakan, melainkan perasaan hangat, sedih, dan haru. Bahkan di akhir hidupnya, yeoja itu masih mencintai Minho, dan datang demi menghibur Minho yang tengah dilanda kegelisahan dan kesedihan.
Dia bukan hantu, Minho memutuskan. Dia adalah malaikat, malaikat penyemangatnya.
Sejak hari itu, Minho selalu berusaha menampilkan yang terbaik bagi penggemarnya, dan ketika ia terjatuh, ia akan berusaha bangkit lagi.. Apa yang dikatakan gadis itu benar, masih ada hari esok untuk memperbaikinya. Kesalahan bukan akhir dari segalanya dan di luar sana, para penggemarnya selalu menunggu dan mendukungnya.
Gomawo, Joori a~ 


0 komenz: