Length: One Shoot
Cast: Choi Minho, Kim Joori (OC)
Supporting Cast: Lee Taemin,
Onew, Jonghyun, Key, Choijin
Based on the facts: Minho ever sang the wrong
lyrics and then he became dissapointed and
almost cried
Maybe you never recognize her
But she always seeing you from the distance
She loves you forever
"Minho
aa.." Panggil sebuah suara.
Pintu
ruang rias menjeblak terbuka dan Minho menerobos masuk. Namja
itu segera duduk di salah satu kursi yang berjejer dan menelungkupkan wajahnya
di meja rias. Semua insan yang berada di dalam ruang ganti kaget dan terdiam. Key dan Jonghyun muncul di depan pintu beberapa saat kemudian dan mereka tampak bingung
sekaligus khawatir.
"Apa
yang terjadi?" Tanya salah seorang kru dengan suara berbisik.
"Tadi
dia salah lirik." Jawab kru yang lain.
Para
kru, staff, dan penata rias
saling berbisik. Mereka memandang tubuh belakang Minho dengan khawatir, namun
tak satupun yang berani mengatakan sesuatu pada namja itu.
Beberapa
saat kemudian, Choijin, manager Shinee, masuk menerobos gerombolan kru yang
saling berbisik dan mendekati Minho.
"Minho..
Kami tidak menyalahkanmu soal salah lirik itu." Hiburan Choijin tidak
digubris Minho. Namja itu masih menelungkupkan wajahnya dan tangannya gemetar.
Onew,
leader dari Shinee, maju dan menyenggol Choijin. Onew menggeleng, menandakan
bahwa lebih baik Choijin meninggalkan Minho. Sudah merupakan rahasia umum bahwa
Minho yang memiliki sifat tidak ingin kalah. Ia selalu ingin melakukan dan
memberikan yang terbaik. Bagi Minho, salah lirik sudah seperti terpeleset dari
atas panggung.
Choijin
mundur dengan enggan menuruti Onew. Semua kru juga melangkah menjauh.
"Minho
hyeong?" Suara Taemin muncul dari arah pintu. Semua orang di dalam ruangan
- kecuali Minho - menoleh ke arah sosok namja itu. Taemin berjalan masuk dan
mendekati Minho. Ia menarik salah satu kursi ke dekat Minho, lalu menoleh ke
arah Choijin. "Biarlah aku yang menghiburnya, bisakah kalian semua pergi
dari sini?"
Choijin
mengangguk dan semua orang dalam ruangan berbondong-bondong keluar. Choijin,
para anggota Shinee dan tim kru menunggu di luar ruangan dengan khawatir.
Mereka saling berbisik dan mengomentari, namun dengan suara amat pelan. Sekitar
lima belas menit kemudian, pintu ruang rias terbuka dan Taemin keluar dengan
senyum tipis.
"Hyeong
sudah agak tenang," kata Taemin. "Tapi lebih baik kita mengantar dia
pulang ke dorm, biarlah kita pergi ke pesta sendiri. Ia ingin merenung dan
menyendiri."
Anggukan
setuju Onew diikuti kedua member yang lain.
***
Malam sangatlah sepi. Hanya gemericik hujanlah yang
menemani Minho sendirian. Namja itu menyandar pada punggung tempat tidur
sembari menatap dinding kamar dengan pandangan kosong. Ia tidak dapat tidur
karena pikirannya disibukkan oleh perasaan amarah dan kecewanya. Ia
menggertakkan gigi beberapa kali dan menutup matanya dengan frustasi ketika
teringat kejadian di atas panggung. Bagaimana ia bisa lupa dengan lirik lagunya
sih? Ia membenci dirinya yang tidak dapat melakukan sesuatu dengan baik.
Suara petir menyambar membuat bulu kuduk Minho
berdiri. Ia menatap tempat tidur Taemin yang kosong. Ya, hanya tinggal ia
sendirian di dorm. Semua anggota Shinee termasuk manager mereka sedang
merayakan pesta kecil-kecilan di restaurant. Minho sendirilah yang memutuskan
untuk tinggal sendirian di dormnya untuk menenangkan diri.
Petir menyambar lagi dan kini membuat lampu kuning
di kamar Minho berkedip menyala-mati. Minho menggigit bibirnya dengan marah,
lalu beranjak dari tempat tidurnya keluar dari kamar. Ia berjalan menuju dapur.
Namja itum \engambil bubuk kopi dan mulai membuat seteko kopi panas. Ketika
tengah meneguk kopi buatannya, Minho mendengar suara angin yang berhembus
kencang mendorong jendela. Minho menutup botol itu dan ketika menoleh, ia
mendapati jendela beranda telah terbuka. Gorden hijaunya berkibar diterpa angin
malam. Minho bergegas menutup jendela itu dan menguncinya. Ia menghela napas
panjang sembari menatap pemandangan malam di luar. Hujan deras menyelimuti
gelapnya malam. Minho mendesah sekali lagi sebelum berbalik. Ketika Minho telah
berjalan beberapa langkah, jendela itu kembali menjeblak terbuka. Minho memutar
tubuhnya dengan enggan, namun kini ia tidak hanya mendapati jendela yang
terbuka maupun gorden yang melambai-lambai.
Minho mengedip beberapa kali sebelum memutuskan
apakah ia hanya berhalusinasi atau bukan. Tapi Minho benar-benar melihatnya, ia
melihat sosok itu. Kulit seputih kapur, mata sehitam langit malam dan bibir
yang pucat. Rambut hitam panjangnya melambai-lambai diterpa angin malam dan
wajahnya yang datar terpantul cahaya redup lampu beranda. Perlahan Minho
mendekati jendela dan ia bertanya pelan, "siapa?"
Tidak ada jawaban.
Minho berjalan semakin dekat dan kini ia dapat
melihat sosok itu dengan jelas. Sosok itu adalah seorang yeoja dengan rambut
basah kuyup dan sorot matanya sendu. Lingkaran hitam menghias bawah matanya dan
ketika menatap Minho, sosok itu memamerkan senyum sedihnya.
"Kau siapa?" Tanya Minho sekali lagi.
"Ehm?" Suara yeoja itu terdengar pelan dan
mencicit. "Aku Shawol."
"Kau stalker?" Tanya Minho bingung.
Akhirnya sosok itu bergerak. Ia cemberut. "Ne!
Aku stalker! Tapi aku basah kuyup demi mengstalker kau. Bolehkah aku
masuk?"
Minho mengamati jemari-jemari panjang yeoha itu yang
menggengam erat lengannya. Yeoja itu gemetaran. Ia hanya mengenakan terusan
putih panjang yang sangat mini, tentu saja ia kedinginan.
"Ya.. Biasanya Choijin akan mengusir orang
sepertimu," kata Minho datar. "Tapi kau seperti akan membeku.
Masuklah."
Gadis itu tersenyum, lalu melompat masuk ke dalam.
Ia mengamati ruangan di dalamnya dengan takjub. "Ini dorm Shinee?
Wow!"
Minho mendengus. "Tunggu sebentar." Namja
itu bergegas pergi ke kamarnya untuk mengambil handuk dan kembali ke dapur
memberikannya pada yeoja yang basah kuyup itu.
"Aku tidak punya baju untuk yeoja, pakailah
handuk itu dulu!" Ujar Minho.
Yeoja itu mengangguk. Ia menerima handuk itu dengan hati-hati,
lalu mengusap rambut nya yang basah. "Gamsa e.. Minho oppa."
"Ehm." Minho mengambil cangkir lain dan
menuangkan kopi yang tadi di buatnyadi teko. Ia menyerahkan cangkir kopi itu ke
yeoja tadi. "Minumlah, dan kalau hujannya sudah reda kau harus segera
pergi."
Yeoja itu mengangguk.
Minho dan yeoja itu duduk di ruang makan dalam
keheningan. Mereka berdua menyesap kopi masing-masing. Minho melirik yeoja itu
diam-diam dan menyadari bahwa binar wajah yeoja itu telah jauh lebih baik
setelah mengeringkan tubuh dan meminum kopi.
"Minho oppa benar-benar tampan, ya?" Yeoja
itu tersenyum sumringah sambil menatap Minho terpesona. "Seandainya aku
bisa melihat anggota Shinee yang lain."
Keheningan menyelimuti mereka lagi.
"Bagaimana kau bisa naik ke beranda kamar ini
sih?" Tanya Minho yang penasaran.
"Tangga darurat." Yeoja itu menunjuk ke
arah jendela. "Masa tidak tahu?
"Oh." Minho berjanji dalam hati bahwa
ketika Choijin pulang nanti, ia akan menyuruh managernya itu untuk menutup
jalan tangga darurat ke arah dorm Shinee.
"Omong-omong kenapa Minho oppa berada di dorm
sendirian?" Tanya yeoja itu.
Minho menyesap kopinya. Ia bingung apa yang harus ia
katakan. Apakah ia harus menceritakan kejadian sebenarnya? Jujur saja ia tidak
ingin mengingatnya.
"Kau tidak melihat konser kami hari ini?"
Tanya Minho.
"Ani." Jawab yeoja itu.
"Ya.. Aku melakukan sebuah kesalahan - salah
lirik - dan.. Err.. Aku hanya ingin menenangkan diri di dorm." Minho
menjelaskan dengan singkat.
"Oh." Gumam yeoja itu. Minho menunggu.
Pasti sebentar lagi yeoja itu akan melontarkan bermacam-macam hiburan dan
nasihat. "Ya, sudahlah, itu 'kan sudah berlalu? Kau hanya melakukan
kegagalan dari seribu kesuksesan. Masih ada hari esok untuk memperbaikinya.
Jangan berwajah seperti itu!"
Minho tercengang. Apa yang diucapkan yeoja itu
benar-benar di luar dugaannya. Ia mengatakan seakan kesalahan Minho hanyalah
membuang sampah sembarangan.
"Kalau berwajah seperti itu, kau kelihatan
seperti kucingku." Gumam yeoja itu sembari mengangkat cangkir kopinya. Ia
menyesap kopi itu dan menjilat bibirnya yang pucat.
"Kucing?" Minho mengerjapkan mata beberapa
kali.
"Ya, kucing - meong. Warnanya putih dan ia suka
bengong - seperti wajahmu sekarang ini." Yeoja itu tersenyum. "Kau
suka kucing?"
"Entahlah." Minho berpikir sejenak.
"Aku tidak pernah bermain dengan kucing, aku sering bermain dengan anjing
- anjingnya Taemin."
"Banyak yang bilang kucing itu hewan yang tidak
setia," kata gadis itu dengan suara bengong. "Tapi aku punya kucing
yang setia, bahkan ia selalu menemaniku saat aku kesepian."
Mereka terdiam lagi. Minho menyesap kopinya lagi
sembari menatap yeoja itu. Kini pandangan yeoja itu menerawang dan seperti
sedang berpikir. Minho harus mengakui, walaupun menyebalkan, yeoja itu sungguh
aneh dan unik.
"Percaya tidak?" Tanya gadis itu
tiba-tiba. "Aku mengoleksi fotomu di setiap jengkal kamarku. Tapi kucingku
menggigit salah satu postermu."
"Ehm," gumam Minho. "Kau fans yang frontal ya?"
"Frontal itu masih sebutan yang ringan," ujar gadis itu.
"Aku bahkan berhasil masuk ke dormmu."
Minho tersenyum geli, "benar, kau fans yang gila."
Tidak terasa berapa lama, Minho dan yeoja itu mengobrol dan bercanda. Yeoja
itu terlalu unik dan tidak dapat diprediksi. Ia membuat Minho melupakan semua
kegalauannya sejenak dan mau tidak mau Minho dibuatnya geli berapa kali.
'Ting Tong'
"Celaka, mereka sudah kembali!" Minho tersentak kaget. Ia
benar-benar tidak sadar sudah berapa lama waktu yang ia lewatkan bersama yeoja
itu. Minho menoleh pada jendela di beranda dan menyadari bahwa hujan telah
berhenti.
"Aku akan pulang." Yeoja itu mengangguk. Ia bangkit berdiri dan
berjalan ke arah jendela, bersiap-siap melompat keluar.
"Tunggu!" Seru Minho tanpa direncanakan.
"Ehm?" Yeoja itu menoleh. Ia telah membuka pintu jendela dan
angin di luar berhembus masuk mengibarkan rambut hitam panjangnya.
"Ehm, namamu siapa?" Tanya Minho ragu-ragu.
Yeoja itu tersenyum. Ia menatap Minho dengan pandangan tulus. "Namaku
Kim Joori, aku penyemangatmu."
Minho tersenyum kecil. "Oke, terserah kau sajalah."
"Sampai jumpa, Minho oppa!" Yeoja bernama Joori itu tersenyum.
"Kau harus semangat ya, oppa!"
Detik berikutnya, gadis itu melompat ke beranda dan menghilang.
***
Cahaya matahari menelusup masuk melalui jendela kecil kamar Minho. Namja
itu berguling-guling beberapa kali sebelum benar-benar membuka matanya. Ketika
berguling ke arah tempat tidur Taemin, Minho menyadari bahwa nam-dongsaengnya sudah
tidak ada di tempat tidur. Minho mengangkat tubuhnya terbangun dengan terpaksa
dan melakukan beberapa pemanasan sebelum beranjak dari tempat tidurnya. Ia
keluar dari kamarnya dan seperti biasa, semua anggota Shinee telah terlebih
dahulu bangun. Mereka berempat sedang duduk di depan meja makan. Key dan Taemin
sedang menyantap makanan mereka, Onew sedang menulis-nulis, sedangkan Jonghyun
sedang asyik membaca sebuah majalah. Ketika menyadari kehadiran Minho, mereka
semua menyapa Minho dengan takut-takut. Hanya Taeminlah yang menyapa Minho
dengan senyum sumringah.
"Hyeong! Annyeong!" Sapa Taemin.
Minho tersenyum. Ia berjalan ke arah Taemin dan mengusap puncak kepalanya,
lalu duduk di sebelahnya. Semua anggota mengamati Minho dengan pandangan
bingung bercampur ngeri. Setelah duduk, namja itu menjulurkan lengannya
mengambil roti dan mengabaikan pandangan bingung dari para anggota.
"Min..ho?" Onew memanggil dengan hati-hati. "Kau sudah tidak
apa-apa?"
"Tentu saja, hyeong.." Minho menjawab sembari mengunyah rotinya.
"Kalian jangan melihatku seperti itu, aku sudah baik-baik saja."
Semuanya mengangguk dan kembali melakukan aktivitas masing-masing. Di
tengah memakan sarapannya, Minho mendengar hembusan angin pagi ringan. Suara
angin itu membuat Minho teringat kejadian semalam. "Omong-omong... Ehm,
Onew hyeong tahu tangga darurat di beranda?"
"Tangga darurat?" Onew mengernyit. "Ya, tahu, tapi tangga
itu sudah dibuntu ke arah dorm kita, kenapa?"
"Oh, sungguh?" Minho mengernyit bingung..
"Ada apa?" Tanya Onew.
"Ani.. Tidak ada." Minho mengunyah rotinya.
"Eh Hyeong," celetuk Taemin. "Kau sudah membaca majalah
harian Kpop? Ada sebuah pesan mengharukan dari Shawols untuk kita. Jonghyun
hyeong tunjukkan pada Minho hyeong!"
"Eh?" Jonghyun yang tengah membaca majalahnya mengangkat kepala
dengan bingung. Ia mengerjap beberapa kali.
"Pesan tadi," ujar Taemin.
"Oh." Jonghyun membalik-balikkan beberapa lembar halaman majalahnya
lalu mengulurkan majalah itu pada Minho. Minho menerima majalah itu dan ketika
melihat artikel yang ditunjukkan, ia tercengang.
"Ini...?" Mata Minho membelalak kaget.
"Ya, itu pesan para penggemar," kata Jonghyun. "Ada seorang
Shawol, penggemar beratmu.. Ia menderita kanker kronis, tapi ia menghabiskan
hidupnya untuk menyemangati kita, mengharukan ya?"
"Tapi.. Ini.." Minho meremas ujung majalah itu. Ia menggertakkan
giginya.
"Waeyo, hyeong?" Taemin mengernyit.
"Ehm, kalian tahu di mana yeoja ini dirawat?" Tanya Minho.
Onew dan Key mengangkat kepala. Mereka berempat saling pandang satu sama
lain.
"Dia sudah meninggal. Kami tadi sebenarnya berencana untuk mengadakan
jengukan.." Onewlah yang menjelaskan.
Minho terperangah. Ia menjatuhkan majalah itu ke piring sarapannya. Minho
menggeleng. Tidak mungkin.
"Ada apa, Minho?" Tanya Jonghyun.
Minho melirik surat itu dan sekali lagi ia menggeleng. Tidak mungkin, ini
mustahil! Tapi ketika dilihat kembali, ia tahu apa yang dilihatnya tidak salah.
Di sebelah artikel itu, ada sebuah foto seorang yeoja. Wajah pucat dan rambut
hitam panjang yang selalu Minho ingat.
"Untuk Shinee tersayang, terutama biasku Minho
Sudah berkali-kali aku menulis surat untuk majalah ini dan berkali-kali
suratku tak terpilih. Tapi aku tidak pernah menyerah. Hehe. Aku adalah salah
satu penggemar kalian yang tinggal di kamar kecil di rumah sakit. Ya, aku
menderita kanker kronis dan ketika aku telah putus asa dengan hidupku,
kehadiran kalian memotivasiku untuk tetap hidup. Melihat kalian di televisi dan
mendengar suara kalian sudah menjadi kebahagian tersendiri bagiku. Aku tidak
pernah melewatkan satu saja berita, acara maupun konser kalian.
Mungkin, jika redaksi penerbit majalah berbaik hati memilih suratku, pada
saat surat ini dibaca, aku sudah tidak ada di dunia. Meskipun begitu, selamanya
aku adalah Shawol dan cintaku pada Shinee tidak akan mati,
Dan untuk bias utamaku, Minho oppa, aku selalu mengagumimu. Aku mengagumi
kegigihan yang kau milikku. Aku sangat mencintaimu, bahkan aku menamai kucingku
'Minho' karena ia sangat cantik Haha. Aku berharap kau akan mengenang cinta
dari penggemarmu ini, selamanya. Mungkin aku berada di tempat yang sangat jauh,
tapi cintaku akan selalu menyemangati oppa! Oppa fighting!
Kim Joori"
'Namaku Kim Joori, aku penyemangatmu.' Kalimat itu tergiang di benak Minho.
Yeoja itu.. Yeoja itu telah meninggal? Jadi yang kemarin menemui dia itu
..? Minho tahu jelas apa jawabannya, tapi bukan ketakutan yang ia rasakan,
melainkan perasaan hangat, sedih, dan haru. Bahkan di akhir hidupnya, yeoja itu
masih mencintai Minho, dan datang demi menghibur Minho yang tengah dilanda
kegelisahan dan kesedihan.
Dia bukan hantu, Minho memutuskan. Dia adalah malaikat, malaikat
penyemangatnya.
Sejak hari itu, Minho selalu berusaha menampilkan yang terbaik bagi
penggemarnya, dan ketika ia terjatuh, ia akan berusaha bangkit lagi.. Apa yang
dikatakan gadis itu benar, masih ada hari esok untuk memperbaikinya. Kesalahan
bukan akhir dari segalanya dan di luar sana, para penggemarnya selalu menunggu
dan mendukungnya.
Gomawo, Joori a~





0 komenz:
Post a Comment