Saturday, July 10, 2010

I'm so sorry but I love You 2


Aku yakin 100% pada yang kulihat sekarang ini. Aku sudah melihat film terbarunya berkali-kali. Dan aku sudah sering melihatnya di video clip lagu-lagu. Aku yakin 100% bahwa ia adalah Steve Black, aktor sekaligus leader band yang sedang naik daun.

Dan aku juga yakin 100% bahwa aku menatap Steve cukup lama hingga aku tersadar ketika si pelayan melesat di depanku mengantarkan pesanan Steve dan temannya. Aku langsung memalingkan wajahku yang sudah semerah tomat segar ini.

Pesanan makananku datang beberapa menit kemudian. Aku berusaha memakannya lebih cepat daripada biasanya. Selesai makan aku langsung berdiri dan melesat menuju pintu.

Tapi, tiba-tiba, "Hey, you, girl.." Entah darimana, aku yakin bahwa suara yang manis itu ditujukan padaku.

Aku menoleh, ya, aku yakin aku menoleh, walau leherku sedikit kaku untuk membuatku menoleh. Karena dari jarak yang hanya 20 cm saja, aku sudah bisa mencium parfurm pria. Steve yang memanggilku! Aku dipanggil artis! Wow!

"I think you forget this.." Steve tersenyum lalu mengangkat sesuatu. Dan aku menarik nafas menatap benda yang dipegang Steve. Ponsel Blackberryku yang dibungkus silikon biru muda.

Aku mengerjap sebelum mengambilnya. "Tha... thanks..." Ujarku kaku. Dan aku tersenyum kikuk.

Steve balas tersenyum.Kini jantungku berdetak jauh lebih cepat. Aku menatap Steve yang sedang tersenyum secara langsung. Dan dia memang tampan, imut, dan keren dengan balutan jaket dan celana panjang hitam. Bahkan... dia jauh lebih tampan, lebih imut, lebih keren daripada di film-film maupun di video clip.

Aku terus menatapnya cukup lama. Dan aku mungkin akan lupa caranya mengedip jika teman Steve tidak memanggilnya. Aku yang langsung sadar tindakan bodohku hanya dapat menunduk dengan wajah merah.

Tapi tiba-tiba, berlangsung dengan begitu cepat "hachii.."


Aku terpaku sejenak sebelum menyadari flu yang tiba-tiba menerjangku itu berhasil membuat jaket hitam Steve yang ber merk itu basah.

"I'm sorry... so... sorry...sorry" Kubungkukkan badanku langsung meminta maaf.

"oh.. No problem... no problem.." Ujar Steve lalu mengelap bagian jaketnya yang basah itu dengan tisue yang berada di atas meja dekatnya.

Kubungkukkan badan untuk perminta maafan terakhir kalinya dan aku langsung berbalik pergi.

Ugh, sungguh kejadian memalukan.

Aku berlari cukup cepat menuju hotelku. Dan berharap setelah tidur, aku bisa melupakan kejadian memalukan ini.

***

Tawaku meledak begitu gadis itu berlari pergi. Lucu sekali sih tingkah gadis itu?

Tapi tadi aku sempat mengamati gadis itu. Aku cukup lama memandangnya. Kedua bola matanya coklat, dan kurasa itu contact lens. Rambut yang dikuncir sembarangnya itu aslinya hitam, dan sepertinya ia sedikit menyemirnya hingga coklat. Dan dari wajahnya, aku menyimpulkan bahwa ia orang asia. Dia manis sejauh penilaianku.

Aku berbalik menuju Ar. Tapi ketika aku berbalik, aku menyadari sesuatu berkilat di lantai. Kutundukkan kepalaku dan aku mendapati sebuah anting-anting perak di lantai. Kupungut benda mengkilap itu. Sepertinya benda ini milik gadis tadi.

"Apa itu?" Tanya Ar ketika aku sudah duduk di sebelah Ar.

"Anting... kurusa milik gadis tadi." Jawabku.

Ar menelitinya. "Sepertinya ini mas putih.. cukup mahal."

Aku mengangguk setuju mengamati anting itu. "Jadi kita harus ngembaliin nih..." Dan aku menyadari nada suaraku yang semangat.

Ar membelalak padaku.
"Apa?" Tanyaku bingung.

"Ehm.. nggak.. kamu benar.. kita harus ngembaliin.. tapi, aku yang ngembaliin.. kamu nggak mau kan tampil di depan umum.."

Aku menukas. "Malam ini pasti nggak banyak orang di hotel itu, Kita balikin sama-sama aja.."

Ar mengernyit padaku. "Sejak kapan kamu berubah gini.. biasanya.. 'kamu aja Ar, aku males...','kamu sendiri ajalah ar..'.Lagian kita nggak bisa balikin sekarang, kita 'kan nggak tahu kamar gadis itu.."

"Kita 'kan bisa tanya si resepsionis 'kamar gadis yang barusan memasuki hotel itu dimana?'.. gampang 'kan?

Ar tampak berpikir. "ya... kita tanya si resepsionis dan kita titipkan sekalian saja ke resepsionis.. baiklah.."

"Titipkan?" Entah mengapa aku kecewa.

Selesai Ar menghabiskan makanannya, kami bersama-sama menuju ke hotel gadis tadi yang tepat berada di depan warung mie itu.

Hotel itu hotel bintang 3 , tapi interior lobbynya sudah mewah. Ya.. walau jauh lebih mewah hotel yang ku inap. Lobby hotel itu tampak sepi. Maklumlah sudah selarut ini. Ar segera menuju meja resepsionis, sedangkan aku jauh lebih senang memandang pemandangan hotel.

Lift hotel terbuka, dan seseorang keluar dari sana. Dan aku sedikit membelalak menatap orang yang keluar dari lift itu. Orang itu keluar dari lift, lalu berdiri di sebelah lift. Wajahnya cemas dan tampak berpikir-pikir.

Aku menyenggol lengan Ar. "Eh, nggak usah tanya."

Ar mengernyit, lalu aku menunjuk orang yang berdiri di sebelah lift itu.
***
 
To be Continued... wkwkwkwk_Sy_Jy

0 komenz: