To my friend: Don't say "I don't Love him now" if you still can't forget him
"Kenapa emang?" Tanyaku sambil memutar-mutar sedotanku.
Stanley tersenyum. "Aku di ajak temanku camp tenis di Batu jumat depan... dan mereka nyuruh aku ngajak kamu.."
Aku bengong beberapa detik.Lalu kulirik kertas yang sedang kupegang.Kenapa kok kebetulan sekali camp tenis Johan dan Stanley diadakan di hari dan tempat yang sama?
"Kenapa, hun?" Tanya Stanley bingung.
Kusodorkan kertas yang kupegang pada Stanley."Acara camp temenmu sama dengan camp ini ya?"
Stanley mengernyit sejenak memandang kertas itu. Lalu ia mengambil sesuatu dari saku jinsnya. Stanley mengeluarkan selembar kertas yang sama persis dengan milikku. "Sepertinya iya... Kamu diajak siapa?"
"Emh.. Temen."
"Cewek atau cowok?" Tanya Stanley menyelidik.
Aku paling nggak suka sifat Stanley yang satu ini, curigaan dan cemburuan. Terpaksa aku berbohong, kujawab, "Aku diajak adikmu, Caroline."
Stanley mengangguk-angguk mengerti. "Pantas... Nanti di camp itu 'kan ada idolanya... Petenis yang lagi tenar itu... Siapa tuh namanya?" Johan... Ehm... Johan Watson!" Stanley mengangkat bahu. "Tapi siapa yang ngajak dia? Kayaknya dia nggak punya temen di club tenis ini deh.."
"Ya... entahlah..." Kataku meringis.
Stanley menggangguk-angguk. "Ehm.. Jadi, kamu mau ikut 'kan, hun?"
Aku mengangguk walau sedikit ragu-ragu.
"Sip... sekarang aku harus ngehubungi temenku... Soalnya pesertanya harus di daftar... Peminatnya banyak sih!"
Stanley menekan-nekan tombol hpnya.
"Eh... Caroline daftarin juga aja... Kayaknya dia belum ndaftarin diri."
Tanpa curiga Stanley mengangguk.
***
"Plis plis plis, Rol, kamu dateng ke camp ini ya...and pura-pura jadi orang yang ngajak aku ke camp itu!" Kataku memohon-mohon pada Caroline sambil menyodorkan kertas camp itu.
Caroline yang sedang tidur-tiduran di ranjangnya tampak bingung. "Camp apa sih ini?" Carol mengambil kertas itu dan membacanya sekilas. "Camp Tenis?"
"Ya.. jadi gini..." AKu menceritakan semuanya pada Caroline, kecuali pada poin bahwa yang mengajakku adalah idolanya, Johan Watson. "Kamu nggak mau kan aku tengkar and putus sama kokomu?" Kataku diakhir cerita.
Caroline mengernyit. "Tapi Katy... kamu 'kan tahu aku nggak suka camp-camp beginian! Lagian entar kamu sama koko asyik pacaran, aku ditinggal sendirian. Nggak mau ah..."
Kupasang wajah termelasku sepanjang sejarah hidupku. Tapi Caroline tetap bersih kokoh nggak mau ikut. Terpaksa aku menggunakan jurus terakhir. "Oh ya, di camp ini bakal ada idolamu si Johan Watson itu lho!"
Caroline menatapku. "Serius?"
Aku mengernyit. "Memangnya aku tipe orang yang suka bohong?"
Caroline menggaruk-garuk kepala. "Ya kadang kamu 'kan memang suka bohong. Kamu yakin baby?"
Kuangkat jari telunjuk dan jari tenggahku "Suer deh aku nggak bohong kali ini! Yakin banget aku!"
"Kalau gitu okelah!"
***




0 komenz:
Post a Comment