Wednesday, July 21, 2010

Always You 4

To My friend: Don't lie to urself...

"Kathleen..." Lagi-lagi sapaan dari Johan datang ketika aku muncul ke permukaan air.
"Oh hi Jo.." Aku balas menyapa sambil menaiki tangga kolam renang.
Johan tersenyum. Senyuman yang membuat sahabatku, Caroline, tergila-gila padanya. "Jadi gimana? Kamu bisa datang ke camp? Kalau bisa, entar aku daftarin."
"Oh.." Tanggapku sambil meraih handukku yang tergantung di kursi. "Aku sudah daftar kok."
"Oh begitu..." Kata Johan. Ia tersenyum, tapi aku cuek saja, nggak minat membalas senyumannya. "Ketemuannya di lapangan tenis ini... mau kujemput?"
Aku mengernyit. "Nggak usah lah... Buat apa? Aku 'kan biasa dateng ke sini jalan kaki. Lagian, aku pergi ke camp bareng cowokku... Jadi ya... kalau aku pergi bareng kamu... Entar dia bakal mikir yang enggak-enggak"
Johan tampak kaget sejenak. "Kamu udah punya cowok? Oh... ya ya..."
***

Pagi itu, lapangan tenis benar-benar penuh. Ternyata banyak sekali orang yang ikut camp. Stanley dan Caroline datang beberapa saat setelah aku. Panitia camp mendata kita terlebih dahulu sebelum kita masuk ke dalam bus.
Dan aku lega, sejauh ini aku belum menemukan batang hidung Johan Watson. Tapi kelihatannya hanya aku yang lega karena absennya si Johan. Semua cewek pada ribut dan ngomel atas ketidak hadiran si Johan Watson. Panitia camp segera menenangkan mereka, "Tenang para ladies, Johan Watson bakal datang beberapa menit lagi." Ujar si panitia camp melalui microphone.
Semua cewek tampak senang. Ya, semua cewek, kecuali aku.
Stanley juga tampak cuek dengan absennya si Johan. Dia jauh lebih senang mengomel dengan alasan karena Caroline memaksa duduk berdua denganku, karena bangku untuk bertiga di bus itu sudah ditempati semua. Akhirnya ia terpaksa duduk berdua dengan cowok kerempeng yang agak aneh.
Beberapa menit kemudian, aku melihat mercedes hitam di luar jendela. Mercedes itu berhenti di parkiran. Setelah mobil mewah itu berhenti, dua penumpangnya keluar. Yang satu adalah laki-laki yang mengenakan kacamata hitam dan gayanya keren. Yang satunya agi adalah seorang cewek berambut coklat panjang dan mengenakan kacamata hitam juga.
"Nah, rupanya sang idola sudah datang tuh!" Ujar si panitia camp.
Tapi nggak ada gemuruh kesenangan, para cewek pada bisik-berbisik.
"Eh, siapa cewek itu?" tanya Caroline.
Aku mengangkat bahu. "Pacarnya mungkin."
"Ah! Jangan sampe!" Caroline menggeleng-geleng.
Johan Watson dan si cewek misterius tadi menaiki tangga bus. Begitu mereka sudah sampai ke dalam bus, si cewek misterius duduk di kursi depan, sedangkan Johan berdiri di bagian depan bus, lalu meraih microphone panitia camp. Bus mulai melaju.
"Selamat pagi semuanya... Maaf atas keterlambatan saya yang telah menunda waktu keberangkatannya... Hmn... masih semangat 'kan tapinya? Pastinya dong! Nah, di camp kali ini, saya selaku panitia camp ini akan menerangkan kegiatan-kegiatan kita selama camp..." Dan bla bla bla.
Aku nggak begitu mendengarkannya. Aku jauh lebih tertarik memandangi pemandangan di luar jendela.
"Nah, paham semuanya? Ada pertanyaan?" Tanya Johan di akhir penjelasannya sambil menyunggingkan senyuman mematikannya yang membuat Caroline meremas lengan pakaianku.
Seorang cewek cantik berambut hitam sebahu yang duduk di kursi belakang berdiri "Aku mau tanya, cewek yang dateng bareng kamu itu siapa?"
Suasana di bus menjadi sangat hening. Sebagian orang tampak kagum dengan keberanian si cewek, sebagian orang tampak serius menatap Johan menunggu jawabannya.
Johan sendiri melongo beberapa saat, lalu akhirnya ia terkekeh. "Dia pacarku."
Cewek-cewek tampak mengeluh. Aku tentu saja nggak mengeluh, ya, walaupun hanya sedikit kaget. Cewek yang tadi berdiri di belakang rupanya masih belum duduk, ia bertanya lagi. "Siapa namanya? Apa kelebihan yang kamu suka darinya? Sejauh ini kulihat dia tampak biasa dan nggak seberapa cocok sama kamu tuh!"
Entah mengapa aku jadi sebel pada cewek yang bertanya itu. Plis deh, sok kecantikan banget! Ya, walau dia emang cantik sih. Tapi aku jadi kasihan banget sama pacar si Johan, aku nggak bisa mbayangin gimana terlukanya dibilang gitu. Tapi ternyata malah banyak cewek bergumam menyetujui perkataan cewek yang berdiri di belakang itu.
"Namanya Erika. Dan aku suka dia tanpa alasan." Jawab Johan dengan tenang sambil menatap pacarnya yang duduk di bagian depan dengan pandangan penuh arti.
***
Kami sampai di batu satu jam kemudian. Sesampainya di villa tempat kami camp, panitia camp membagi-bagi kamar kami dalam kelompok-kelompok. Aku akan sekamar dengan Caroline dan dua orang lagi.
Ngomong-ngomong... Villa yang akan kami tinggali ini berada di pelosok-pelosok dan jauh dari perumahan manapun. Memang tempat yang cocok untuk camp. Selain itu, villa ini besar sekali dan memiliki 3 lapangan tenis. Di hari kedua, lapangan tersebut akan dipakai untuk lomba tenis. Siapapun yang mengikuti camp itu boleh mendaftarkan diri untuk ikut serta dalam lomba tenis itu. Pemenangnya akan mendapatkan sejumlah uang, piala, dan berhak bertanding melawan Johan. Wow, bayangin, bisa tanding bareng petenis nasional. Dan kalau misalnya bisa menang dari Johan, pasti akan memberi kebanggaan pribadi pada diri sendiri.
Tapi tentu saja aku nggak berminat, aku jauh lebih tertarik pada kolam renang villa tersebut. Kolam renangnya dibangun seperti danau di tenggah hutan. Keren banget. Aku udah nggak sabar ingin renang di sana. Tapi sebelum itu, aku ingin istirahat dulu di kamar, capek banget sejam duduk di bus itu.
Ketika aku dan Caroline memasuki kamar kami, aku kaget melihat pacar si Johan, Erika dan gadis cantik menyebalkan yang telah menjelek-jelekkan si Erika berada di kamar, Ternyata dua orang selain aku dan Carol adalah mereka. Wow, benar-benar kebetulan yang mengerikan.
Aku melihat kembali ke daftar nama penghuni kamarku. Erika. Caroline. Kathleen. Angel. Oh, ternyata gadis itu bernama Angel. Ckck... Angel-malaikat, sama sekali nggak cocok buat gadis seperti itu, kurasa.
Angel yang sudah mengenakan baju olahraga kini duduk di depan meja rias melipstiki bibirnya yang sudah pink. Ampun deh, orang ini mau olahraga atau fashion show?
Sedangkan Erika berbaring di tempat tidur dengan pandangan kosong. Ia sudah melepas kacamata hitamnya, dan di balik kacamata hitamnya, wajahnya tampak manis.
Beberapa saat aku memandangi Erika, entah mengapa ada sesuatu yang aneh di wajahnya itu. Wajahnya itu mirip sekali dengan seseorang... tapi aku tidak ingat siapa seseorang tersebut.
Setelah Angel keluar dari kamar, Erika tersenyum. "Funny girl."
Aku dan Caroline saling pandang bingung. Tiba-tiba Erika turun dari ranjangnya lalu menghampiri kami
"Hey... kalian Kathleen dan Caroline 'kan? Semoga kita bisa kerja sama sebagai teman satu kamar ini." Ujar cewek bermata biru itu.
***

4 komenz:

Anonymous said...

Xiann...
Pas lia nma'e Johan mb Stanleyy..
Saya jd teringattt....

Wkwkkwkwk....
Kg g mbwt seng ad nma AAAAA ituu?
Ciakakakakkakkk...
♪♫♪♫♪♫

kathleen said...

hahaha...
lucu"...
hahaha...
from : kathleen.. ^_^

kathleen's sister said...

ini kq rada" gmana gtu ya crta na.
wkwkwk

Unknown said...

Anonymous: spa itu AAAA? hwhwhw
Sist Kath: rda" ap sist? hwhw... lg pngen mbwd crta lg... bntui cri ide... :D