Tuesday, July 13, 2010

I'm so sorry but I love You 3


Huwah! Orang tua kejam! Masa kamar sudah ku bel berkali-kali, hp sudah kutelpon berkali-kali, masih aja pintunya belum dibuka. Dengan panik aku berjalan berputar-putar di depan kamar. Masa aku harus nunggu sampai pagi di sini? Oh tidak...

Lalu aku baru ingat. Mamaku kan selalu mematikan ponselnya kalau tidur. Pantas saja telponku nggak diangkat-angkat.

Dengan gelisah aku turun dari lift menuju lantai dasar. Begitu sampai di lantai dasar, aku berdiri di sebelah lift sambil berpikir-pikir.

Cara satu-satunya adalah meminta kunci cadangan atau meminta tolong untuk menelponkan telepon kamarku ke resepsionis. Kar'na kuingat bahwa telepon kamar hotel berada tepat di sebelah tempat tidur mama papa. Dengan suara kencang di dekat mereka, aku yakin babi yang sedang tidur pun pasti bangun.

Tapi, masalahnya, aku nggak bisa bahasa Jepang! Ehm, tapi paling nggak aku bisa bahasa inggris, kalau begitu aku mesti merangkai kalimatnya dulu sekarang. Aku nggak mau kelihatan kikuk di depan si resepsionis.

Ketika aku sedang berusaha merangkai kalimat, seseorang berjalan mendekatiku. Tapi aku nggak begitu peduli. Mungkin orang itu mau naik lift. Kuteruskan usahaku merangkai kalimat.

"Eh, permisi, maksudku.." Gumam seseorang dalam bahasa inggris. "Halo."

Aku nggak yakin sapaan itu untukku, tapi kuangkat saja wajahku. Dan dalam sekejap rangkaian kalimat yang sudah kubentuk di otakku bubar semua melihat dua orang yang berada tepat di depanku ini.

"Maaf, aku yakin kamu sedang cemas karena memikirkan ini 'kan?" Tanya Steve Black sambil mengangkat sebuah anting.

Aku tercengang beberapa saat setelah menyadari anting itu milikku. Tangaku secara otomatis memeriksa kedua telingaku, dan benar saja, di telinga kiriku tidak ada anting mengantung.

"Ah...ya... makasih..." Jawabku kikuk sambil meraih anting itu.

Steve tersenyum.

Teman Steve berdeham. "Tadi kamu menjatuhkannya di warung, jadi kami sengaja ke sini untuk mengembalikan itu."

AKu mengangguk. "Oh begitu, terima kasih."

Hening beberapa lama saat aku memasang kembali antingku. Setelah antingku terpasang di telingaku, aku mengangkat wajahku dan mendapati kedua orang itu sedang memandangku bingung.

"Ada apa?" Tanyaku bingung.

***

Aku dan Ar menatap gadis itu dengan bingung. Ya, bagaimana nggak bingung? Gadis ini sudah bertemu aku dua kali, dan dia bahkan nggak minta tanda tangan, minta foto, atau bahkan bertanya "Kau Steve William 'kan?". Ya.. bukannya aku gimana, tapi aku yakin semua orang di jagat raya ini pasti sudah tau aku. AKu artis yang lagi naik daun kar'na film terbaruku. Paling nggak orang pernah melihatku di koran-koran, majalah-majalah atau poster-poster.

Setelah gadis itu memasang antingnya, ia mengangkat wajahnya. Kedua alisnya menyatu, lalu ia bertanya, "Ada apa?"

Ar balas bertanya, "Kamu tahu laki-laki yang berada di sebalahku ini?"

Gadis itu mengangguk "Tahu, Steve Black 'kan? Pemain film 'Enchiago' dan leader 'BlackBeat' 'kan?"

Nah, aku lebih bengong lagi. Dia tau aku, tapi reaksinya tetap biasa.

"Jadi, kamu nggak minta tanda tangan atau foto bareng dengan dia?" Tanya Ar yang sama bingungnya denganku.

Gadis itu tampak bingung juga. Lalu akhirnya ia berujar, "Oh iya ya.. eh... kalau gitu bisakah anda memfoto kami berdua dengan ponselku? Kebetulan aku nggak bawa kertas sama sekali." Gadis itu mengetik-ngetik di ponselnya lalu memberikannya pada Ar.

Secara otomatis aku melesat ke sebelah gadis itu.

Setelah Ar selesai memfoto kami berdua, ia mengembalikan ponsel gadis itu sambil sedikit berbasa-basi. "Anda orang mana?"

"Oh... saya dari Indonesia."

Ar mengangguk-angguk. "Berlibur sendirian?"

Gadis itu menggeleng. "Aku pergi bersama keluarga."

Aku mengernyit. "Lalu, kenapa kok kamu keluar sendirian malam-malam sedingin ini?"

"Er..." Gadis itu tampak ragu-ragu menjawab, "Tadi aku nggak bisa tidur, terus karena keluargaku sudah tidur, jadi aku keluar makan sendirian, lalu..."

"Lalu?" Tanyaku.
***

To Be Continued.. by: Sy_Jy

1 komenz:

Anonymous said...

Lanjutannya mana???!!!!
:s